Tugas
Ilmu Sosial dasar tentang migrasi dan kebudayaan
Migrasi penduduk adalah
perpindahan penduduk dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dalam mobilitas
penduduk terdapat migrasi internasional yang merupakan perpindahan penduduk
yang melewati batas suatu negara ke negara lain dan juga migrasi internal yang
merupakan perpindahan penduduk yang berkutat pada sekitar
wilayah satu negara
saja.
Jenis-jenis Migrasi dan
Faktor-faktor Penyebabnya Pengertian Migrasi
Migrasi penduduk adalah gerak perpindahan
penduduk secara horizontal untuk pindah tempat tinggal melintasi batas administrasi.
Perpindahan penduduk yang berlangsung dalam masyarakat ada dua macam sebagai
berikut;
Perpindahan vertikal, yaitu
pindahnya status manusia dari kelas rendah ke kelas menengah, dari pangkat yang rendah ke
pangkat yang lebih tinggi, atau sebaliknya.
Perpindahan horizontal,
yaitu perpindahan secara ruang atau secara geografis dari suatu tempat ke
tempat yang lain. Peristiwa inilah yang sering disebut dengan migrasi, meskipun
tidak setiap gerak horizontal disebut migrasi.
Jenis-jenis Migrasi
Migrasi internasional (migrasi antarnegara)
Migrasi internasional
(migrasi antarnegara) adalah perpindahan penduduk dari suatu Negara ke Negara
lain. Migrasi internasional meliputi imigrasi, emigrasi, dan remigrasi.
Imigrasi, yaitu
masuknya penduduk dari Negara lain ke suatu Negara dengan tujuan menetap.
Emigrasi
Emigrasi, yaitu
berpindahnya penduduk atau keluarnya penduduk dari suatu Negara ke Negara lain
dengan tujuan menetap.
Remigrasi, yaitu
kembalinya penduduk dari suatu Negara ke Negara asalnya.
Migrasi internal
(migrasi nasional)
Migrasi internal
(migrasi nasional) adalah perpindahan penduduk yang masih berda dalam lingkup
satu wilayah Negara. Perpindahan yang merupakan migrasi internal antara lain
sebagai berikut.
Urbanisasi
Urbanisasi adalah
prepindahan dari daerah pedesaan ke daerah perkotaan. Berikut faktor-faktor
penyebab urbanisasi.
Faktor daya tarik desa
Upah tenaga kerja di
kota lebih tinggi daripada desa.
Lapangan pekerjaan
formal maupun informal di kota lebih banyak daripada di desa.
Banyak hiburan dan
fasilitas kehidupan yang lain.
Faktor daya dorong desa
Sempitnya lahan
pertanian di desa
Sempitnya lapangan
pekerjaan di luar sektor pertanian.
Rendahnya upah tenaga
kerja di desa.
Kurangnya fasilitas
hburan dan kehidupan.
Adanya kegiatan
pertanian di desa yang bersifat musiman.
Adanya keinginan
penduduk untuk memperbaiki taraf hidup.
Urbanisasi tidak hanya dilakukan di
kota-kota besar, melainkan juga dialami oleh kota-kota kecil. Beberapa tempat
yang semula bersifat pedesaan dapat tumbuh ke sifat perkotaan akibat
urbanisasi. Contoh : ibu kota kecamatan, zona industri, proyek perumahan, dan
proyek pertambangan dapat menjadi tempat tujuan orang untuk bekerja.
Transmigrasi
Transmigrasi adalah
perpindahan penduduk, yang diprakarsai dan diselenggarakan pemerintah, dari
daerah yang padat penduduknya ke daerah yang belum padat penduduknya.
Macam-macam
transmigrasi :
Transmigrasi umum,
yaitu transmigrasi yang dibiayai oleh pemerintah mulai dari daerah asal sampai
ke daerah tujuan transmigrasi.
Transmigrasi spontan,
yaitu transmigrasi yang dilakukan penduduk atas biaya, kesadaran, dan kemauan
sendiri.
Transmigrasi sektoral,yaitu
transmigrasi yang biayanya ditanggung bersama antar pemerintah daerah asal
transmigran dengan pemerintah daerah yang dituju.
Transmigrasi khusus,
yaitu transmigrasi dalam rangka pembangunan proyek-proyek tertentu, seperti
transmigrasi bedol desa dan transmigrasi pramuka.
Transmigrasi swakarsa,
yaitu transmigrasi yang seluruh pembiayaannya ditanggung oleh transmigran atau
pihak lain (bukan pemerintah).
Jenis-jenis migrasi
lainnya
Evakuasi, yaitu
perpindahan penduduk karena gangguan bencana alam atau keamanan
Weekend, yaitu perginya
orang-orang kota untuk mencari tempat berudara sejuk.
Forensen, yaitu
orang-orang yang tinggal di desa tetapi bekerja di kota, sehinggasetiap hari
menglaju (pergi dan pulang).
Turisme, yaitu
orang-orangyang bepergian ke luar untuk mengunjungi tempat-tempat pariwisata di
daerah/Negara yang dituju.
Reuralisasi, yaitu
kembalinya pelaku urbanisasi ke daerah pedesaan.
Pola Perpindahan
(Mobilitas) Penduduk Suatu Daerah
Pola perpindahan
(Mobilitas) penduduk dibedakan menjadi empat mecam sebagai berikut.
Pola perpindahan
harian, yaitu perpindahan penduduk setiap hari dari desa ke kota untuk mencari
makan. Setiap hari melakukan perjalanan pergi pulang/nglaju (pergi pada pagi
hari dan pulang pada sore hari).
Pola perpindahan
musiman, yaitu perpindahan tempat tinggal penduduk yang dilakukan pada
musim-musim tertentu. Contoh : perpindahan penduduk dari kaki pegunungan
Himalaya, bila musim dingin turun ke daerah lembah, sedangkan saat musim panas
mereka akan kembali ke daerah semula.
Pola perpindahan
menetap, yaitu perpindahan penduduk dari satu tempat ke tempat laindengan
tujuan menetap sekurang-kurangnya enam bulan lamanya.
Pola perpindahan tidak
menetap, yaitu perpindahan penduduk Dallam jangka waktu pendek, tidak begitu
teratur waktunya, dan hanya berdasarkan kebutuhan, contoh : salesman atau
pedagang keliling yang melakukan promosi produk dari suatu perusahaan.
Dampak Positif dan
Negatif Migrasi serta Usaha Penanggulangannya
Dampak Migrasi
Dampak positif migrasi
terhadap daerah yang ditinggalkan
Berkkurangnya jumlah
penduduk sehingga mengurangi jumlah pengangguran.
Meningkatnya
kesejahteraan keluarga di desa, Karena mendapat kiriman dari yang pergi,
terutama dari yang sudah hidup layak.
“Seimbangnya” lapangan
pekerjaan di desa dengan angkatan kerja yang tersisa, karena banyak orang yang
meninggalkan desa.
Dampak negatif migrasi
terhadap daerah yang ditinggalkan
Berkurangnya tenaga
kerja muda daerah
.Kurang kuatnya
stabilitas keamanan karena hanya tinggal penduduk tua.
Semakin berkurangnya
tenaga penggerak pembangunan di desa.
Terbatasnya jumlah kaum
intelektual di desa karena penduduk desa yang berhasil memperoleh pendidikan
tinggi di kota pada umunya enggan kembali ke desa.
Dampak positif migrasi
terhadap daerah yang dituju
Jumlah tenaga kerja
bertambah.
Integrasi penduduk
desa-kota semakin tampak.
Dampak negatif terhadap
daerah yang dituju
Semakin padat jumlah
penduduknya.
Banyak terdapat
pemukiman kumuh.
Lalu lintas jalan
semakin padat.
Lapangan kerja semakin
berkurang sehingga banyak dijumpai pengangguran tuna wisma, tuna susila, dan
tindak kejahatan.
Terdapat kesenjangan
ekonomi dalam kehidupan di masyarakat.
Usaha-usaha Pemerintah
dalam Menanggulangi Permasalahan Akibat Migrasi
Usaha-usaha untuk
mengatasi permasalahan akibat migrasi desa-kota antara lain sebagai berikut.
Membuka lapangan kerja
baru di desa melalui kegiatan padat kray.
Membangun sarana dan
prasarana baru di bidang transportasi antardesa.
Melaksanakan
pembangunan regional melalui pembangunan kota-kota satelit di sekitar kota
tujuan utama, seperti Tangerang, Bekasi, Depok, dan Bogor yang merupakn kota
satelit Jakarta.
Melaksanakan program
pembangunan pedesaan dengan mengembangkan potensi desa sehingga penduduk desa
tidak perlu lagi meniggalkan desanya untuk mencari pekerjaan.
Mengadakan “politik
kota tertutup”, yaitu larangan keras bagi penduduk yang tidak ber-KTP dan tidak
mempunyai penghasilan tetap untuk menetap di kota yang dituju.
Menggalakkan kegiatan
industry kecil/industri rumah tangga di desa.
Meningkatkan
produktivitas pertanian dengan cara intensifikasi (sapta usaha tani) dan
diversifikasi pertanian.
KEBUDAYAAN
Kebudayaan Betawi
Pada tahun 1930,
kategori orang Betawi yang sebelumnya tidak pernah ada justru muncul sebagai
kategori baru dalam data sensus tahun tersebut. Jumlah orang Betawi sebanyak
778.953 jiwa dan menjadi mayoritas penduduk Batavia waktu itu. Antropolog
Universitas Indonesia lainnya, Prof Dr Parsudi Suparlan menyatakan, kesadaran
sebagai orang Betawi pada awal pembentukan kelompok etnis itu juga belum
mengakar. Dalam pergaulan sehari-hari, mereka lebih sering menyebut diri
berdasarkan lokalitas tempat tinggal mereka, seperti orang Kemayoran, orang
Senen, atau orang Rawabelong. Pengakuan terhadap adanya orang Betawi sebagai sebuah
kelompok etnis dan sebagai satuan sosial dan politik dalam lingkup yang lebih
luas, yakni Hindia Belanda, baru muncul pada tahun 1923, saat Husni Thamrin,
tokoh masyarakat Betawi mendirikan Perkoempoelan Kaoem Betawi. Baru pada waktu
itu pula segenap orang Betawi sadar mereka merupakan sebuah golongan, yakni
golongan orang Betawi.
Ada juga yang
berpendapat bahwa orang Betawi tidak hanya mencakup masyarakat campuran dalam
benteng Batavia yang dibangun oleh Belanda tapi juga mencakup penduduk di luar benteng
tersebut yang disebut masyarakat proto Betawi. Penduduk lokal di luar benteng
Batavia tersebut sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di
Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional. Hal ini terjadi
karena pada abad ke-6, kerajaan Sriwijaya menyerang pusat kerajaan Tarumanagara
yang terletak di bagian utara Jakarta sehingga pengaruh bahasa Melayu sangat
kuat disini. Selain itu, perjanjian antara Surawisesa (raja Kerajaan Sunda)
dengan bangsa Portugis pada tahun 1512 yang membolehkan Portugis untuk
membangun suatu komunitas di Sunda Kalapa mengakibatkan perkawinan campuran
antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis yang menurunkan darah campuran
Portugis. Dari komunitas ini lahir musik keroncong.
Suku Betawi berasal
dari hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu. Secara biologis,
mereka yang mengaku sebagai orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah
campuran aneka suku dan bangsa yang didatangkan oleh Belanda ke Batavia. Apa
yang disebut dengan orang atau Suku Betawi sebenarnya terhitung pendatang baru
di Jakarta. Kelompok etnis ini lahir dari perpaduan berbagai kelompok etnis
lain yang sudah lebih dulu hidup di Jakarta, seperti orang Sunda, Jawa, Arab,
Bali, Sumbawa, Ambon, Melayu dan Tionghoa.
1. Bahasa Betawi
Sifat campur-aduk dalam
dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang
merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari
daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing.
Ada juga yang
berpendapat bahwa suku bangsa yang mendiami daerah sekitar Batavia juga
dikelompokkan sebagai suku Betawi awal (proto Betawi). Menurut sejarah,
Kerajaan Tarumanagara, yang berpusat di Sundapura atau Sunda Kalapa, pernah
diserang dan ditaklukkan oleh kerajaan Sriwijaya dari Sumatera. Oleh karena
itu, tidak heran kalau etnis Sunda di pelabuhan Sunda Kalapa, jauh sebelum
Sumpah Pemuda, sudah menggunakan bahasa Melayu, yang umum digunakan di
Sumatera, yang kemudian dijadikan sebagai bahasa nasional.
Karena perbedaan bahasa
yang digunakan tersebut maka pada awal abad ke-20, Belanda menganggap orang
yang tinggal di sekitar Batavia sebagai etnis yang berbeda dengan etnis Sunda
dan menyebutnya sebagai etnis Betawi (kata turunan dari Batavia). Walau demikian,
masih banyak nama daerah dan nama sungai yang masih tetap dipertahankan dalam
bahasa Sunda seperti kata Ancol, Pancoran, Cilandak, Ciliwung, Cideng (yang
berasal dari Cihideung dan kemudian berubah menjadi Cideung dan tearkhir
menjadi Cideng), dan lain-lain yang masih sesuai dengan penamaan yang
digambarkan dalam naskah kuno Bujangga Manik yang saat ini disimpan di
perpustakaan Bodleian, Oxford, Inggris. Meskipun bahasa formal yang digunakan
di Jakarta adalah Bahasa Indonesia, bahasa informal atau bahasa percakapan
sehari-hari adalah Bahasa Indonesia dialek Betawi.
2. Seni dan kebudayaan Betawi
Dalam bidang kesenian,
misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni
musik Tionghoa, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab,
Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang
berlatarbelakang ke-Belanda-an. Saat ini Suku Betawi terkenal dengan seni
Lenong, Gambang Kromong, Rebana Tanjidor dan Keroncong.
Sifat campur-aduk dalam
dialek Betawi adalah cerminan dari kebudayaan Betawi secara umum, yang
merupakan hasil perkawinan berbagai macam kebudayaan, baik yang berasal dari
daerah-daerah lain di Nusantara maupun kebudayaan asing. Dalam bidang kesenian,
misalnya, orang Betawi memiliki seni Gambang Kromong yang berasal dari seni
musik Tiongkok, tetapi juga ada Rebana yang berakar pada tradisi musik Arab,
Keroncong Tugu dengan latar belakang Portugis-Arab,dan Tanjidor yang
berlatarbelakang ke-Belanda-an. Secara biologis, mereka yang mengaku sebagai
orang Betawi adalah keturunan kaum berdarah campuran aneka suku dan bangsa.
Mereka adalah hasil kawin-mawin antaretnis dan bangsa di masa lalu.
3. Kepercayaan
Orang Betawi sebagian
besar menganut agama Islam, tetapi yang menganut agama Kristen; Protestan dan
Katholik juga ada namun hanya sedikit sekali. Di antara suku Betawi yang
beragama Kristen, ada yang menyatakan bahwa mereka adalah keturunan campuran
antara penduduk lokal dengan bangsa Portugis. Hal ini wajar karena pada awal
abad ke-16, Surawisesa, raja Sunda mengadakan perjanjian dengan Portugis yang
membolehkan Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kalapa
sehingga terbentuk komunitas Portugis di Sunda Kalapa. Komunitas Portugis ini
sekarang masih ada dan menetap di daerah Kampung Tugu, Jakarta Utara.
4. Profesi dan Perilaku serta sifat Masyarakat
Betawi
Di Jakarta, orang
Betawi sebelum era pembangunan orde baru, terbagi atas beberapa profesi menurut
lingkup wilayah (kampung) mereka masing-masing. Semisal di kampung Kemanggisan
dan sekitaran Rawabelong banyak dijumpai para petani kembang (anggrek, kemboja
jepang, dan lain-lain). Dan secara umum banyak menjadi guru, pengajar, dan
pendidik semisal K.H. Djunaedi, K.H. Suit, dll. Profesi pedagang, pembatik juga
banyak dilakoni oleh kaum betawi. Petani dan pekebun juga umum dilakoni oleh
warga Kemanggisan. Kampung yang sekarang lebih dikenal dengan Kuningan adalah
tempat para peternak sapi perah. Kampung Kemandoran di mana tanah tidak sesubur
Kemanggisan. Mandor, bek, jagoan silat banyak di jumpai disana semisal Ji’ih
teman seperjuangan Pitung dari Rawabelong. Di kampung Paseban banyak warga
adalah kaum pekerja kantoran sejak zaman Belanda dulu, meski kemampuan pencak
silat mereka juga tidak diragukan. Guru, pengajar, ustadz, dan profesi pedagang
eceran juga kerap dilakoni.
Warga Tebet aslinya
adalah orang-orang Betawi gusuran Senayan, karena saat itu Ganefonya Bung Karno
menyebabkan warga Betawi eksodus ke Tebet dan sekitarnya untuk “terpaksa”
memuluskan pembuatan kompleks olahraga Gelora Bung Karno yang kita kenal
sekarang ini. Karena asal-muasal bentukan etnis mereka adalah multikultur
(orang Nusantara, Tionghoa, India, Arab, Belanda, Portugis, dan lain-lain),
profesi masing-masing kaum disesuaikan pada cara pandang bentukan etnis dan
bauran etnis dasar masing-masing.
Asumsi kebanyakan orang
tentang masyarakat Betawi ini jarang yang berhasil, baik dalam segi ekonomi,
pendidikan, dan teknologi. Padahal tidak sedikit orang Betawi yang berhasil.
Beberapa dari mereka adalah Muhammad Husni Thamrin, Benyamin Sueb, dan Fauzi
Bowo yang menjadi Gubernur Jakarta saat ini . Ada beberapa hal yang positif
dari Betawi antara lain Jiwa sosial mereka sangat tinggi, walaupun terkadang
dalam beberapa hal terlalu berlebih dan cenderung tendensius. Orang betawi juga
sangat menjaga nilai-nilai agama yang tercermin dari ajaran orang tua (terutama
yang beragama Islam), kepada anak-anaknya. Masyarakat Betawi sangat menghargai
pluralisme. Hal ini terlihat dengan hubungan yang baik antara masyarakat betawi
dan pendatang dari luar Jakarta.
Orang betawi sangat
menghormati budaya yang mereka warisi, terbukti dari perilaku kebanyakan warga
yang mesih memainkan lakon atau kebudayaan yang diwariskan dari masa ke masa
seperti lenong, ondel-ondel, gambang kromong, dan lain-lain. Memang tidak bisa
dipungkiri bahwa keberadaan sebagian besar masyarakat betawi masa kini agak
terpinggirkan oleh modernisasi di lahan lahirnya sendiri (baca : Jakarta).
Namun tetap ada optimisme dari masyarakat Betawi generasi mendatang yang justru
akan menopang modernisasi tersebut.
B. Roti Buaya Sebagai Simbol Pernikahan Adat
Betawi
Setiap acara pernikahan
yang mengusung adat Betawi, pasti tak pernah meninggalkan roti buaya. Biasanya
roti yang memiliki panjang sekitar 50 sentimeter ini dibawa oleh mempelai
pengantin laki-laki pada acara serah-serahan. Selain roti buaya, mempelai
pengantin laki-laki juga memberikan uang mahar, perhiasan, kain, baju kebaya,
selop, alat kecantikan, serta beberapa peralatan rumah tangga. Dari sejumlah
barang yang diserahkan tersebut, roti buaya menempati posisi terpenting.
Bahkan, bisa dibilang hukumnya wajib. Sebab, roti ini memiliki makna tersendiri
bagi warga Betawi, yakni sebagai ungkapan kesetiaan pasangan yang menikah untuk
sehidup-semati.
Selain itu masyarakat
Betawi telah turun temurun menggunakan roti buaya sebagai simbolisasi disetiap
pernikahan adat Betawi. Kenapa bentuknya
buaya? tapi kita sering mendengar bahwa ada istilah Buaya Darat alias
mata keranjang? Persepsi ini yang perlu dijelaskan. Buaya adalah hewan yang
panjang umur dan paling setia kepada pasangannya, buaya itu hanya kawin sekali
seumur hidup, sehingga orang Betawi menjadikannya sebagai Lambang Kesetiaan
dalam rumah tangga. Selain itu buaya termasuk hewan perkasa & hidup di dua
alam, ini juga bisa dijadikan lambang dari harapan agar rumah tangga menjadi
tangguh & mampu bertahan hidup di mana aja. Roti Buaya ini dibuat sepasang,
yang betina ditandai dengan roti buaya kecil yg diletakan di atas punggungnya
atau di samping. Maknanya adalah kesetiaan berumah tangga sampai beranak cucu.
Peningset ini harus dijaga sepanjang jalan, supaya tetap mulus hingga sampai ke
tangan penganten perempuan. Selain itu, roti memiliki makna sebagai lambang
kemapanan, karna ada anggapan bahwa roti merupakan makanan orang golongan atas.
Pada saat selesai akad nikah, biasanya roti buaya ini diberikan pada saudara
yang belum nikah, hal ini juga memiliki harapan agar mereka yang belum menikah
bisa ketularan dan segera mendapatkan jodoh.
C. Asal mulanya roti buaya menjadi simbol
pernikahan adat Betawi
Asal mula adanya roti
buaya ini, konon terinspirasi perilaku buaya yang hanya kawin sekali sepanjang
hidupnya. Dan masyarakat Betawi meyakini hal itu secara turun temurun. Selain
terinspirasi perilaku buaya, simbol kesetiaan yang diwujudkan dalam sebuah
makanan berbentuk roti itu juga memiliki makna khusus. Menurut keyakinan
masyarakat Betawi, roti juga menjadi simbol kemampanan ekonomi. Dengan maksud,
selain bisa saling setia, pasangan yang menikah juga memiliki masa depan yang
lebih baik dan bisa hidup mapan.
Karenanya, tak heran jika setiap kali prosesi pernikahan, mempelai
laki-laki selalu membawa sepasang roti buaya berukuran besar, dan satu roti
buaya berukuran kecil yang diletakkan di atas roti buaya yang disimbolkan
sebagai buaya perempuan. Ini mencerminkan kesetian mempelai laki-laki kepada
mempelai perempuan sampai beranak-cucu. Tradisi ini masih berlangsung sampai
sekarang.
Menurut Haji Ilyas,
salah satu tokoh Betawi di Tanahtinggi, Jakarta Pusat, meski saat ini banyak
warga Betawi yang merayakan pernikahan secara modern, tapi mereka masih memakai
roti buaya sebagai simbol kesetiaan. Karena roti buaya sudah membudaya bagi
warga Betawi. “Adat kite ntu kagak ilang. Masih banyak nyang pake. Kite ambil
contoh di kawasan Condet, Palmerah sampe ke Bekasi, malahan sampe Tangerang,”
lanjut pria yang sering disapa Haji ini. Sayangnya, saat ini roti buaya tidak
mudah dijumpai di toko-toko roti. Untuk itu, bagi pasangan yang akan menikah
harus pesan dulu ke tukang roti. Dan harganya juga bervariasi tergantung ukuran
yang dipesan, yakni mulai dari 50 ribu hingga ratusan ribu rupiah. Itu sudah
termasuk rasa roti, keranjang, dan asesoris pelengkapnya. “Roti buaya adalah
kue perayaan, jadi nggak setiap hari ada. Kalau mau beli harus pesan dulu,”
kata Ari, salah satu pedagang kue di Pasar Senen.
Sejatinya, bagi warga
yang sudah terbisa membuat roti, tidak terlalu sulit membuat roti buaya ini.
Sebab, bahan dasarnya sangat sederhana, yakni terigu, gula pasir, margarine,
garam, ragi, susu bubuk, telur dan bahan pewarna. Keseluruhan bahan tersebut
dicampur dan diaduk hingga rata dan halus, kemudian dibentuk menyerupai buaya.
Setelah bentuk kemudian dioven/panggang hingga matang.
D. Sekilas Tentang Sejarah Buaya
Kata buaya berasal dari
bahasaYunani yang umum digunakan untuk mengacu kepada kadal. Souchian adalah
istilah ilmiah untuk buaya yang berasal dari kata Archosuchian, di mana awalan
Arho berarti Tua/Kuno dan Souchian sebagai bentuk distorsi bahasa Yunani Untuk
“Sobek” yaitu sosok Dewa buaya Mesir. Sobek di sembah sebagai manifestasi dewa
matahari atau Ra; dan kota yang merupakan sentra penyembahan dewa tersebat
adalah Crocodilopolis. Buaya memiliki makna yang berbeda-beda dari setiap
tempat dan menurut lambang buaya juga memiliku arti tersendiri yaitu:
1) Pada zaman Mesir Kuno buaya sering
diasosiasikan dengan kebijaksanaan
2) Di Eropa buaya diasosiasikan dengan
kekayaan.
3) Di China buaya ditulis dalam suatu
karakter(tulisan kanji kuno) pada satu milenium sebelum Kristus lahir. Saat itu
dianggap sebagai suatu massa penuh dosa dan kejahatan. Buaya juga dipercayai
sebagai sebuah simbol ketidakberuntungan
4) Di Afrika, buaya disembah karena dianggap
sebagai sebagai penerima spirit dari leluhurnya
5) Di Asia Tenggara buaya dianggap sebagai
reinkarnasi. Ada sebuah versi dongeng mengisahkan Seorang Putri dari Kupang
(Timur Barat) mempersembahkan seorang
pelayan perempuan yang cantik sebagai istri untuk nenek moyang mereka.
6) Di Kalimantan, buaya dianggap sebagai
saudara yang memiliki hubungan darah
yang erat dan dapat mengusir setan.
7) Orang Aborigin tempo dulu membuat
ukir-ukiran dibatu dengan pesan bahwa buaya akan kembali dalam 30 ribu tahun,
termasuk ukiran yang menunjukkan seekor buaya yang melahirkan manusia.
8) Di Peninsula, hanya beberapa orang yang
diijinkan makan telur buaya dan ini adalah bentuk kuno konservasi.
9) Di daratan Papua, buaya muncul pada
ukir-ukiran Suku Asmat dan Kamoro di daerah pantai selatan Papua.
10) Di Teluk Etna Papua, pernah terlihat kerangka
buaya yang diletakkan di atas batu beberapa meter di atas air dan diberikan
sesajen berupa kacang betel dan makanan dalam piring porselin.
Daftar Pustaka
http://megapolitan.kompas.com/read/xml/2009/06/19/09403272/Roti.Buaya.Simbol.Kesetiaan
http://kosmo.vivanews.com/news/read/70568-simbolisasi_roti_buaya_di_pernikahan_betawi.
http://bukanimigrasi.blogspot.com/2010/05/pengertian-imigrasi.html
http://kodimsblog.blogspot.com/2010/04/jenis-jenis-migrasi-dan-faktor-faktor.html
http://faisal14.wordpress.com/2009/11/10/contoh-makalah-roti-buaya-sebagai-simbol-pernikahan-adat-betawi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar